Karang Asem Regency

Posted by Lambang Insiwarifianto Monday, September 29, 2008 1 komentar

Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangsem terletak di ujung timur Pulau Bali dengan luas sekitar 83.954 ha. Daerah Karangasem merupakan daerah berbukit dengan kondisi tanah kering, nyaris mendekati kondisi alam di Lombok Barat. Kondisi alam yang panas dan kering di Karangsem ini pun dipertajam lagi ketika daerah ini dilibas oleh lahar Gunung Agung saat meletus tahun 1963. Sebagian besar wilayah Karangasem, terutama daerah bagian utara, terkubur lahar letusan Gunung Agung.
Memasuki dasawarsa 80-an, kawasan ini sedikit demi sedikit mulai berubah hijau ditumbuhi rerumputan dan jenis tanaman kering, selain juga giat dilakukan penghijauan lewat penataan sektor pertanian dan perkebunan. Petak-petak sawah di pinggiran kota Karangasem kembali ditata mengikuti bentuknya semula. Oraginsasi Subak, dalam hal ini memegang peranan penting dalam pengelolaan lahan pertanian tersebut.
Sejak pertengahan dasawarsa 90-an, kawasan Karangasem utara terutama daerah tumpahan lahar di Tulamben, secara pasti beralih menjadi kawasan wisata bahari dengan terumbu karang dan ikan hias yang menarik. Sarana hunian wisata seperti hotel, restauran, dan rekreasi bahari dibangun di kawasan Tulamben ini. Tak hanya keindahan alam perbukitan dan bawah laut yang menjadi andalan wisata Karangasem. Masyarakat Bali Mula yang banyak bermukim di daerah Karangasem memberi warna lokal pada seni budaya daerah Karangasem. Masyarakat di Desa Tenganan, Bungaya, Asak, Timbrah, Bugbug, dan beberapa desa lainnya hingga kini masih memberlakukan tatanan adat istiadat Bali Mula warisan leluhur mereka. Walau terjadi toleransi pengaruh budaya lewat jalur Agama Hindu, keteguhan mereka untuk tidak mudah menerima pengaruh Bali Majapahit menyebabkan warisan budaya Bali Mula masih mampu bertahan hingga kini.


Bukit Jambul

Bukit Jambul terletak di Desa Pesaban, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, jaraknya kira-kira 12 km dari Klungkung atau 51 km dari kota Denpasar dan dilalui jalan jurusan ke Besakih. 0byek ini terletak diatas bukit, daya tarik obyek ini terletak pada perpaduan panorama perbukitan, sawah, lembah dan panorama laut. Dari tempat ketinggian ini wisatawan dapat menyaksikan keindahan alam yang mempesona. Dipinggir jalan yang menanjak dan berliku dapat disaksikan petak-petak sawah yang bertingkat dan pohon-pohon cengkeh yang subur.Di sebelah Timur tampak bukit menjulang tinggi di wilayah Sidemen dan disebelah Selatan kelihatan areal persawahan Kabupaten Klungkung dan sekitarnya serta pemandangan laut lepas di Selatan Klungkung. Bukit Jambul banyak disinggahi wisatawan yang akan pergi ke Besakih atau pada waktu kembali dari sana.


Desa Tenganan (Tenganan Village)

Desa Tenganan atau Tengan Pegeringsingan merupakan salah satu dari sejumlah desa kuno di Bali yang dikenal dengan sebutan Bali Age. Pola kehidupan masyarakat Tenganan seperti pola perkampungan, struktur komunikasi sistim ritual merupakan suatu yang amat unik.


Gunung Agung (Mount Agung)

Gunung Agung yang merupakan Gunung yang disucikan oleh masyarakat Hindu Bali dimana mereka memiliki kepercayaan bahwa para dewa-dewa berstana di Gunung Agung. Gunung Agung salah satu gunung yang masih aktif di Pulau Bali, letusan terakhir terjadi pada tahun 1963 yang mengakibatkan kehancuran terutama di Kabupaten Karangasem. Gunung yang memiliki ketinggian 3,014 meter, di kaki gunung terdapat Pura Besakih, pura yang terbesar yang terdapat di Bali. Para petualang dapat memanjat Gunung Agung antara bulan Juli dan Bulan October.


Iseh

Lingkungan lseh merupakan bagian dari Desa Sidemen, Kecamatan sidemen, Kabupaten Karangasem, jaraknya kira-kira 52 km dari kota Denpasar dan dapat dicapai dengan mobil melalui jalan jurusan Desa Satria, langsung ke Sidemen. 0byek Wisata Iseh sudah terkenal sejak sebelum perang kemerdekaan Indonesia karena keindahan panorama alamnya. Disini pernah tinggal pelukis dari Negara Jerman yang terkenal, sedang namanya yaitu Walter Spies yang hidup antara tahun 1895-1942. Di Iseh Walter Spies membangun gubuk kecil untuk studio tempatnya melukis. Selain itu ada juga pelukis terkenal lain yaitu Theo Mejer dari Swiss yang lahir di Bale Swiss pada tanggal 31 Maret 1908. Mereka banyak melukis pemandangan dengan latar belakang gunung Agung. 0byek lukisannya yaitu kehidupan penduduk sehari-hari, para penari dan upacara adat setempat.


Jemeluk

0byek wisata Jemeluk terletak di kawasan pantai Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem. Jaraknya lebih kurang 101 km dari kota Denpasar atau 21 km dari kola Amlapura. Meskipun fasilitas penginapan di daerah ini belum ada tetapi di Desa Lipah ketimur kira-kira 3 km sudah ada penginapan serta rumah makan yang sangat mencukupi buat melayani wisatawan.


Padang Bai

Padang Bai terletak di Desa padang Bai, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, jaraknya 53 km dari kota Denpasar atau lebih kurang 30 km dari Amlapura. Lokasi Padang Bai terletak di pantai jalan jurusan Klungkung-Karangasem belok ke arah kanan. Di Padang Bai kini telah ada beberapa buah penginapan maupun rumah makan bagi para wisatawan yang menikmati liburannya disana, maupun para wisatawan yang akan pergi ke Lombok atau yang baru datang dari Lombok. Untuk keperluan penyeberangan ke Lombok tersedia kapal ferry yang siap melayani wisatawan atau orang-orang yang pergi ke Lombok, 4 kali penyeberangan dalam sehari. Para wisatawan yang akan menikmati wisata air disana tersedia pula jukung-jukung penduduk setempat maupun boat, areal parkir mobil tersedia cukup luas. Toko-toko penjual barang souvenir juga banyak terdapat disini.Yang menarik dari obyek ini adalah tempatnya terlindung di suatu teluk dengan batu karangnya yang hitam kokoh sehingga kehidupan bawah airnya aman. Di bagian timur dari pantai Padang Bai pasirnya berwarna putih bersih dan tebal sehingga banyak wisatawan memanfaatkannya untuk berenang di laut atau berjemur di pantai. Di laut sebelah timur bukit Padang Bai sangat baik untuk kegiatan Diving maupun snorkling bagi wisatawan sebab disini terdapat banyak ikan hias tropis dengan karang-karangnya yang indah. Padang Bai merupakan tempat mendaratnya para wisatawan yang berkunjung ke Bali melalui lautan yang diangkut oleh kapal-kapal pesiar besar yang hanya berlabuh di Labuhan Amuk.


Pura Besakih (Besakih Temple Area)

Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih. maka Pura Penataran Agung ini adalah yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Dimana terdapat 3 arca utama Tri Murti Brahma, Wisnu dan Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.


Puri Agung Karangasem (Karangasem Palace)

Puri ini dibangun pada akhir abad ke 19 oleh Anak Agung Gede Jelantik, raja Karangasem yang pertama. Daya tarik utama dari puri ini adalah arsitektur bangunannya merupakan perpaduan antara arsitektur Bali, China dan Eropa. Disamping itu terdapat pula candi-candi yang menjulang tinggi mencapai ketinggian 25 meter yang terbuat dari batu bata dan dihiasi cetakan motif wayang. Puri Agung Karangasem terletak di pusat kota Amlapura yang jaraknya 78 km dari kota Denpasar, atau 15 km dari obyek wisata Candidasa.


Putung

Putung merupakan obyek wisata yang terletak di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem. Jaraknya kira-kira 64 km dari kota Denpasar atau 19 km dari kota Amlapura dan mudah dicapai dengan mobil. Lingkungan Putung terletak di daerah pegunungan yang dikelilingi oleh pepohonan yang lebat, terutama kebun salak, sehingga hawa di sini sangat sejuk menyegarkan. Daya tarik utama dari obyek wisata ini ialah keindahan panoramanya yang sangat mengagumkan yaitu perpaduan antara alam pegunungan dan alam laut.Apabila kita melepas pandangan, di sekitarnya akan tampak ladang-ladang penduduk yang bertingkat-tingkat hingga ke bawah, bukit dengan hutannya yang lebat dan subur serta lembahnya. Di bawah tampak petak-petak sawah di wilayah Buitan dan Labuhan Amuk dengan lautannya yang membentang luas membiru serta kapal yang berlabuh di sana dan jukung nelayan yang sedang menangkap ikan. Nusa Penida sangat jelas kelihatan dari obyek Putung. Keindahan wisata Putung menjadi makin terkenal berkat lukisan Mr. Christiano pelukis dari Itali dan beristri gadis dari Manggis.


Rafting Telagawaja

Telagawaja adalah nama sebuah sungai di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Sungai ini memiliki potensi yang bagus sebagai objek wisata air (rafting) karena airnya tidak pernah kering walaupun musim kemarau. Airnya yang jernih dan berliku-liku dengan bebatuan yang besar di sepanjang aliran sungai.


Sibetan

Kebun salak Sibetan merupakan salah satu obyek wisata dimana kita bisa menyaksikan sesuatu yang sangat menarik seperti misalnya penduduk setempat memetik salak. Bahkan para wisatawan dapat terlibat langsung ikut memetik buahnya bersama-sama penduduk setempat. Disamping kebun salak terdapat juga pemandangan alam yang indah dan alami hamparan kebun yang bertingkat dan pemandangan buih-buih putih ombak dikejauhan menjadikan Sibetan suatu tempat menarik untuk dikunjungi. Objek wisata ini terletak di Dukuh Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem yang jaraknya sekitar 83 km dari kota Denpasar.


Taman Tirtagangga

Taman Tirtagangga merupakan salah satu obyek wisata yang menarik dengan panorama yang indah. Adanya hamparan sawah yang mengelilingi Taman Tirtagangga, sumber air yang melimpah serta udara yang sejuk menambah nikmatnya para wisatawan beristirahat di tempat ini. Objek wisata ini terletak di Desa Ababi 83 km ke arah timur kota Denpasar.


Taman Ujung

Taman Ujung mulai dibangun pada tahun 1919 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921. Taman ini dibangun oleh raja Karangasem yang digunakan sebagai tempat peristirahatan atau tempat untuk menjamu tamu-tamu penting. Bentuk bangunan sangat megah dan khas, merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa dan Bali. Di sebelah barat kolam, di tempat yang agak tinggi terdapat sebuah bangunan berbentuk bundar disebut Bale Bengong, tempat untuk menikmati keindahan taman dan sekitarnya. Namun kini peninggalan yang megah itu telah hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1963 dan 1979. walaupun tinggal puing-puingnya saja tetapi kesan megah dimasa lampau masih saja tampak. Taman Ujung berlokasi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, berjarak kira-kira 85 Km dari Denpasar atau 5 Km selatan Amlapura.


Tulamben

Daerah wisata Tulamben berlokasi di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, sekitar 104 km ke arah timur dari Denpasar. Tulamben merupakan tempat dengan panorama yang sangat indah. Dari sini wisatawan dapat menikmati keagungan dari gunung Agung, lembah-lembah dan pemandangan laut yang biru.


Baca Selengkapnya ....

Klungkung Bali Regency

Posted by Lambang Insiwarifianto Friday, September 26, 2008 0 komentar

Kabupaten Klungkung

Klungkung adalah kabupaten yang terkecil wilayahnya dibanding dengan kabupaten lainnya di Bali. Klungkung mewilayahi sekitar 315 km2 dengan terbagi menjadi empat kecamatan. Kendati wilayahnya kecil, Klungkung mewilayahi pula gugusan Pulau Nusa yang terdiri dari Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Berada pada lokasi yang berbatasan dengan Gianyar, Bangli, dan Karangasem, mata pencaharian penduduk Klungkung sebagian besar bertumpu pada bidang pertanian. Sebelum bencana letusan Gunung Agung, daerah Gunaksa bahkan menjadi penghasil beras Bali terbaik bersanding dengan Tabanan.
Melihat dari luas wilayah Kabupaten Klungkung, sulit dipercaya bahwa Klungkung di masa lalu adalah pusat pemerintahan Bali. Bahkan, Bali dikendalikan dari Gelgel Klungkung ketika mencapai jaman keemasan di masa pemerintahan Dalem Batur Enggong sekitar abad 15. Usai pemberontakan Patih Gusti Maruti barulah kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Klungkung pada masa pemerintahan Dalem Dimade.
Pada masa awal penjajahan Belanda di Bali, Klungkung ketika di bawah pemerintahan Tjokorda istri Kania yang adalah seorang wanita wali raja karena ahli waris Dalem masih belia, keputusan-keputusan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda ditetapkan melalui kesepakatan paswara astha negara di Klungkung. Takdir tak dapat ditolak, setelah Perang Jagaraga, Perang Buleleng, dan Perang Puputan Badung, tahun 1908 terjadi Perang Puputan Klungkung yang memastikan kekuasaan penuh penjajahan Belanda di Bali sekaligus memutus mata rantai kekuasaan raja-raja di Bali. Walau tak lagi memegang kekuasan pemerintahan secara politis, Ida Idewa Agung Geg, salah satu ahli waris kerajaan yang selamat dari puputan, ditetapkan menjadi Dalem Klungkung.
Berkedudukan sebagai pusat kerajaan di masa lalu, antara lain menyebabkan di Klungkung berkembang cabang seni dan kerajinan yang mengacu pada kehidupan budaya dan agama. Desa Tihingan adalah desa yang sangat terkenal dalam hal industri pembuatan gamelan, Desa Budaga dikenal sebagai pembuat perangkat upacara perunggu dan kuningan, sedangkan Desa Satria dikenal sebagai daerah pengrajin tedung dan perangkat busana pura. Selain itu, Desa Kamasan terkenal dengan lukisan klasik wayang yang tidak semata-mata berupa lukisan namun sarat dengan susastra agama. Desa Kamasan ini, sekitar empat kilometer di selatan Kota Klungkung, dikenal juga sebagai desa pengrajin bokor dan perangkat perak lainnya yang lazim digunakan dalam pelaksanaan upacara.


Batu Klotok

Pantai Klotok letaknya 5 Km dari kota Semarapura ke arah selatan. Tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi karena dilatarbelakangi pemandangan persawahan dengan Gunung Agung yang nampak di kejauhan dan hamparan laut di depannya. Wisatawan juga dapat menyaksikan dan menikmati pemandangan yang sangat menarik pada saat ada kegiatan upacara melasti.


Desa Gelgel (Gelgel Village)


Desa Gelgel terletak 3 Km dari Kota Semarapura ke arah Selatan, dekat dengan Desa Kamasan. Wisatawan dapat menyaksikan kegiatan upacara yang dilakukan selama tiga hari, dimulai pada hari Senen setelah hari raya Galungan (yang disebut dengan Pamacekan Agung). Desa ini juga terkenal dengan kerajinan Tenun kain Songket yang menjadi ciri khas desa tersebut.


Desa Kamasan (Kamasan Village)

Desa Kamasan terkenal dengan kerajinan perak, ukiran selongsong peluru, emas dan lukisan wayang tradisionalnya. Barang-barang seni hasil kerajinan perak, emas, selongsong peluru dan lukisan khas wayang tradisional ini selain erat kaitannya untuk upacara-upacara keagamaan juga dapat


Goa Lawah (Bat Cave)

Tempat sangat menarik untuk dikunjungi karena letaknya strategis dipinggir pantai dengan pemandangan laut dan pulau Nusa Penida di kejauhan serta penataan pantainya yang asri dan indah. Di pantai kadang-kadang wisatawan dapat menyaksikan kegiatan upacara adat dan juga dapat melihat kelelawar bergelantungan di tepi goa.


Kawasan Nusa Penida (Nusa Penida Area)

Di kawasan Nusa Penida ini terdapat beberapa obyek serta tempat rekreasi wisata tirta. Kawasan Rekreasi tirta tersebut sangat menarik untuk dinikmati oleh para wisatawan, yaitu kawasan bahari dengan tumbuhan karang yang amat indah dan bermacam-macam jenis ikan yang berwarna-warni.


Suana

Disamping pantai berpasir putih dan perbukitan yang indah, di Suana juga terdapat yang disebut Gao Giri Putri. Goa ini terletak di Dusun Karangsari Desa Suana kurang lebih 5 km di sebelah timur Desa Batununggul. Hanya pada waktu masuk kedalam goa saja yang sulit, tapi setelah merangkak 3 km kita sampai pada ruangan goa yang sangat luas. Di dalam goa banyak terdapat stalagnit dan stalaktit, juga terdapat mata air yang dikeramatkan. Goa ini tembus sampai ke barat dan disini terdapat mulut goa yang cukup lebar untuk menyaksikan pemandangan perbukitan.


Karang Bolong

Objek ini dapat disaksikan dari Nusa Penida Desa Sakti. Selain dapat menyaksikan pemandangan Karang Bolong yang sangat indah, juga dapat menikmati pantai Penida berpasir putih dan pemandangan alam di sekitarnya. Demikian pula di Nusa Penida dapat disaksikan pengelolaan sumber mata air yang berada dekat dengan pantai.


Pantai Lembongan dan Jungutbatu

Pantai ini juga berpasir putih, laut disekitarnya jernih dengan berbagai jenis ikan berwarna-warni. serta karang lautnya indah dan beraneka warna, sehingga jelas sekali nampak bagaikan dalam taman laut yang sangat indah. Berbagai atraksi yang sangat menarik juga dapat dilakukan dan dilakukan oleh para wisatawan, misalnya banana boat. Pada sore hari dapat disaksikan betapa indahnya pemandangan matahari terbenan. Dari Jungutbatu maupun Lembongan, para wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah di Nusa Ceningan, dengan jembatan diatas laut yang menghubungkan antara Lembongan dan Ceningan.


Kawasan Tukad Unda (Tukad Unda Area)

Kawasan Tukad Unda letaknya 38 Km dari Kota Denpasar ke arah timur.Di kawasan Tukad Unda ini terdapat sebuah kegiatan rekreasi arung jeram/ rafting. Tempat rekreasi arung jeram ini memiliki panjang Rafting 9 Km dan pada jalur arung jeram ini kita akan menemui rintangan sekitar 22 rintangan. Maka dari itu bagi wisatawan yang menggemari rekreasi arung jeram, silakan datang ke Kawasan Tukad Unda serta silakan mencoba mengarungi jeram tersebut.


Kerta Gosa dan Taman Gili

Objek wisata Kertha Gosa dan Taman Gili (Balai Kambang) pada jaman dahulu merupakan bagian dari Puri Semarapura Kerajaan Klungkung yang dibangun pada abad 17. Di sebelah barat bangunan ini terdapat sebuah pintu gerbang yang dikenal dengan nama Pemedal Agung adalah merupakan pintu gerbang utama Puri Semarapura tersebut. Ketiga bangunan bersejarah ini berada dalam satu areal yang terletak dijantung kota Semarapura kurang lebih 40 km sebelah timur kota Denpasar, dilalui oleh jalur lalu lintas perjalanan menuju Besakih, Goa Lawah, Candi Dasa dan dari objek wisata Kertha Gosa/Taman Gili dapat dilanjutkan ke Desa Kamasan yang terletak 2 km kearah selatan sebuah desa yang terkenal dengan kerajinan perak, ukiran klongsong peluru, emas dan lukisan wayang tradisional.
Daya tarik ketiga bangunan ini adalah karena sebagai peninggalan bersejarah dari kerajaan Klungkung dengan ornamen ukiran-ukirannya yang indah mengagumkan. Selain itu pada bangunan Kertha Gosa dan Taman Gili, pada langit-langit atapnya dihiasi lukisan tradisional Kamasan yang amat artistik, menggambarkan filosofi kebudayaan Hindu. Disamping itu pula Taman Gili/Balai Kambang sebagai satu bangunan berarsitektur tradisional Bali didirikan diatas alas kura-kura raksasa disebelah timurnya, diatas tembok kolam yang mengelilinginya berderet patung-patung para dewa disatu pihak dan para raksasa di pihak lain, masing-masing kelompok berusaha mendapatkan Amertha Penyubur Kehidupan.


Kertha Gosha

Sebagai bekas kerajaan, wajar jika Klungkung mempunyai banyak peninggalan yang saat ini menjadi objek wisata. Salah satunya adalah Taman Gili Kerta Gosa, peninggalan budaya kraton Semarapura Klungkung. Kerta Gosa adalah suatu bangunan (bale) yang merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.
Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930 diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh hingga sekarang. Sebagai peninggalan budaya Kraton Semarapura, Kerta Gosa dan Bale Kambang difungsikan untuk tempat mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama yadnya yaitu potong gigi (mepandes) bagai putra-putri raja.
Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Sebab, lukisan-lukisan tersebut merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Karenanya tak salah jika dikatakan bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan dibagi menjadi enam deretan yang bertingkat. Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Dereta kedua dari bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa yaitu Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang mengambil tema yang berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan tema yanga berasal dari kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya yaitu potong gigi putra-putri raja di Klungkung.
Daya tarik dari Kerta Gosa selain lukisan tradisional gaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya dan tak dapat dipisahkan dari segi nilai sejarahnya adalah pemedal agung (pintu gerbang/gapura). Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada Pemedal Agung ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908). Pada peristiwa perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung Jambe dan pengikutnya gugur. (Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa). Setelah kekalahan tersebut bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya dan Gapura Kraton yang ternyata menjadi objek yang sangat menarik baik dari sisi pariwisata maupun kebudayaan terutama kajian historisnya.
Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu yang memakai ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1960.


Monumen Puputan Klungkung (Klungkung War Monument)

Monumen ini merupakan tugu peringatan peristiwa bersejarah terjadinya Puputan antara Raja Klungkung dani rakyatnya bertempur habis-habisan melawan serdadu Belanda pada tanggal 28 April 1908. Monumen ini terletak di jantung kota Semarapura, tepatnya di sebelah utara bangunan Kertha Gosa dan Taman Gili. Monumen ini dibangun berdasarkan arsitektur Bali dalam wujud lingga yoni, di dalamnya terdapat patung-patung tokoh raja yang gugur dalam puputan didukung dengan diorama yang mengisahkan peristiwa Puputan Klungkung yang bersejarah itu. Bangunan monumen ini sangat menarik untuk dikunjungi.


Pantai Kusamba (Kusamba Beach)

Pantai Kusamba merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, terletak sekitar 7 km ke arah timur dari kota Semarapura. Disamping itu, pantai ini merupakan pantai nelayan dan juga tempat pembuatan garam secara tradisional. Kita dapat menyaksikan setiap hari para nelayan yang sedang melaut mencari ikan maupun petani garam yang sedang membuat garam di pinggir pantai. Sampan nelayan berderet di pinggir pantai di bawah pohon nyiur, begitu pula pondok-pondok pembuatan garam berjejer di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang benar-benar menarik bagi mereka yang berkunjung ke pantai tersebut. Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali, obyek wisata ini sangat ideal untuk dipilih sebagai salah satu tujuan wisata.


Baca Selengkapnya ....

Tabanan Regency

Posted by Lambang Insiwarifianto Thursday, September 25, 2008 0 komentar

Kabupaten Tabanan

Kesan pertama melihat daerah Tabanan adalah kawasan yang hijau dan subur. Lekukan perbukitan dan pegunungan di batas utara dengan Danau Beratan, Buyan, dan Tamblingan seolah menggambarkan daerah Tabanan yang senantiasa berlimpah air. Iklim dan cuaca yang sejuk serta kemiringan lahan yang landai dari pegunungan di sisi utara hingga ke wilayah pesisir di sisi selatan membuat Tabanan amat unggul dalam hal pertanian tanah basah maupun perkebunan. Tabanan utara, mulai kawasan Bedugul adalah penghasil buah dan sayuran sedangkan Tabanan tengah dan selatan merupakan penghasil beras berkualitas baik.
Dengan luas wilayah 893,33 km2 Tabanan dibagi menjadi 10 kecamatan. Walaupun peluang penghidupan di sektor pariwisata dan sektor lainnya amat terbuka, sebagian besar penduduk Tabanan masih bertahan di lahan garapan mereka. Berkurangnya tenaga penggarap di bidang pertanian, karena bekerja sektor lain, disikapi dengan pola bertani secara modern dan efisien. Karena itu, hingga kini Tabanan tetap menjadi tumpuan pemasok kebutuhan pangan bagi Bali.

Sesuai dengan kondisi alamnya, Tabanan mengedepankan wisata alam dan pertanian sebagai potensi unggulannya di bidang pariwisata. Kawasan Tanah Lot, Penebel, Jati Luwih, Pupuan, Antosari, dan Bedugul adalah tempat-tempat yang senantiasa dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang rindu pada keindahan alam.


Air Panas Penatahan (Penatahan Water Spring)

Air Panas ini terletak di desa Penatahan Kecamatan Penebel + 13 km dari Kota Tabanan ke Utara 34 km dari Denpasar dengan panorama alam yang indah dan dikanan kirinya dilatarbelakangi oleh sawah yang berundak-undak. Mata air panas ini berada di tepi sungai Yeh Ho dan air panas Penatahan oleh masyarakat di kenali dengan nama Yeh Panes. Berdasarkan hasil penelitian dari laboratorium Departemen Kesehatan, air panas ini sangat baik untuk mandi karena mengandung belerang dan mineral lainnya yang sangat baik untuk menyembuhkan penyakit kulit.


Alas Kedaton (Alas Kedaton Mongkey Forest)

Alas Kedaton terletak di desa Kukuh Kecamatan Marga + 4 km dari kota Tabanan. Pura ini mempunyai dua keunikan yang sangat menarik. Pertama memiliki empat pintu masuk ke dalam Pura yaitu dari barat yang merupakan pintu masuk utama yang lainnya dari Utara, Timur dan dari Selatan yang kesemuanya menuju ke halaman tengah. Keunikan yang kedua adalah halaman dalam yang merupakan tempat yang tersuci justru letaknya lebih rendah dari halaman tengah dan luar. Tempat suci ini dikelilingi oleh hutan yang dihuni oleh sekelompok kera yang dianggap keramat. Disamping itu pula terdapat sekelompok kalong yang hidup bergantungan di dahan-dahan pohon kayu yang besar dan sewaktu-waktu beterbangan, merupakan suatu atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan baik bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Upacara piodalan di Pura ini adalah jatuh pada hari Selasa (Anggara Kasih) dau puluh hari setelah Hari Raya Galungan. Yang mana upacara dimaksud dimulai pada siang hari dan harus sudah selesai sebelum matahari terbenam. Pura ini sering pula disebut Pura Alas Kedaton atau Pura Dalem Kahyangan.


Bedugul

Bedugul merupakan suatu kawasan Pariwisata yang terletak pada ketinggian + 1240 m dari permukaan laut. Daerah ini sangat sejuk dengan temperatur rata-rata 180C pada malam hari dan 240C pada siang hari. Denpasar-Bedugul-Alas Kedaton-Tanah Lot merupakan suatu rute perjalanan yang sangat menyenangkan dari Denpasar menuju Bedugul. Bedugul adalah daerah pegunungan yang dingin di mana terdapat sebuah danau (Danau Beratan) dan Pura Ulun Danu. Kita dapat menikmati pemandangan alam yang indah serta tempat rekreasi air dan lain-lain. Dari Bedugul kita menuju obyek wisata Alas Kedaton, dimana terdapat ratusan ekor kera dan kelelawar di hutan yang mengelilingi Pura Alas Kedaton yang dibangun sekitar abad XV Masehi. Setelah itu kita meneruskan perjalanan ke Tanah Lot yang sudah tidak asing lagi bagi wisatawan seluruh mancanegara. Di Tanah Lot terdapat sebuah pura di tengah laut dan bila matahari akan tenggelam di ujung laut, maka terciptalah suatu pemandangan yang sangat indah.


Kebun Raya

Kebun Raya terletak di sebelah Barat 0byek Wisata Bedugul merupakan sebuah komplek hutan suaka alam. Hutan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga terwujud suatu pemandangan indah dan nyaman. Di sela-sela pepohonan yang rindang terhampar rerumputan yang menghijau dan ditanami bunga-bungaan yang beranekaragam di sepanjang jalan setapak di sekeliling hutan yang menambah kesejukan udara dan keheningan suasana. Disamping pemandangan yang indah dan menghijau terdapat pula suatu bangunan rumah kaca yang dipergunakan untuk percobaan dan pengembangan tumbuh-tumbuhan terutama anggrek. Juga terdapat ribuan jenis tanaman yang dipelihara dengan baik secara profesional.


Jati Luwih

Jati Luwih, terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut, + 27 km ke arah Utara kota Tabanan. Jati Luwih sebagai Desa Wisata merupakan salah satu obyek yang terindah di Bali, dengan pemandangan yang luas dan panorama sawah yang bertingkat yang tiada taranya. Disebelah utaranya dilatarbelakangi oleh gunung yang berhutan lebat dengan udara yang sejuk dan bersih.


Pantai Soka (Soka Beach)

Pantai Soka terletak 40 km dari Denpasar atau 25 km dari kota Tabanan ke arah Barat jurusan Denpasar-Gilimanuk. Pantai Soka mempunyai pemandangan yang indah, baik sekali untuk tempat beristirahat. Di pantai ini terdapat sebuah periuk besar dari batukarang dan sebuah dapur kuno milik Kebo Iwa di jaman dahulu kala.


Taman Kupu-kupu Bali (Butterfly Park)

Kupu-kupu yang merupakan salah satu persembahan kekayaan alam Indonesia dan terbesar dari Sabang sampai Merauke, kini dihimpun dalam sebuah taman dengan nama TAMAN KUPU-KUPU yang terletak di Desa Wanasari Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, kurang lebih 5 km ke Utara kota Tabanan. Setiap hari dilepas ratusan ekor kupu-kupu yang beraneka warna, salah satu diantaranya yang paling terkenal di dunia ialah: kupu-kupu Sayap Burung Sorga (Omithoptera Paradisea), o. Priamus dan berbagai jenis dari seluruh nusantara. Taman kupu-kupu satu-satunya di Nusantara ini berusaha mengembangbiakkan sekaligus menangkar guna keperluan pengetahuan ilmiah maupun sebagai studi pendidikan di masa mendatang.


Taman Margarana (Margarana Heroes Monument)

Pada tanggal 20 Nopember 1946 terjadilah pertempuran habis-habisan antara pasukan pejuang Republik Indonesia melawan kaum penjajah Belanda, di Banjar Kelaci. Desa Marga di bawah pimpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Pertempuran ini terkenal dengan nama Perang Puputan Margarana. I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya gugur di dalam pertempuran tersebut dan seluruh abu jenazah para pahlawan bangsa tersebut dimakamkan di sini, yang terletak + 25 km dari Denpasar atau + 13 km dari kota Tabanan.Di Candi Pahlawan ini kita dapat menyaksikan beberapa tulisan yang merupakan surat dari I Gusti Ngurah Rai bersama seluruh anggota pasukannya yang terkenal dengan sebutan CIUNG WANARA tidak akan mau berkompromi atau menyerah kepada penjajah.


Tanah Lot (Tanah Lot Temple)

Pura ini didirikan pada abad ke XV Masehi oleh Pedanda Bawu Rawuh atau Danghyang Nirartha yang berasal dari Kerajaan Majapahit. Pura Tanah Lot terletak di laut atau terpisah dari daratan dan di sekitar pura ini terdapat pula beberapa pura kecil dan besar antara lain Pura Pekendungan. Di bawah dan di sebelah barat terdapat sumber air tawar yang merupakan air suci bagi Umat Hindu. Pura Tanah Lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri + 13 km dari kota Tabanan, lengkap dengan tempat parkir yang memadai. Bila air laut surut para pengunjung dapat langsung sampai ke pelataran pura untuk bersembahyang. Di bawah pura terdapat beberapa gua yang di dalamnya hidup beberapa ekor ular besar dan kecil berwarna hitam putih. Ular-ular ini sangat jinak dan tidak boleh diganggu. Jika air laut pasang, maka pura ini akan kelihatan seperti sebuah perahu terapung di atas air. Di Tanah Lot kita dapat menyaksikan timbulnya bulan purnama di malam hari dan tenggelamnya matahari di kaki langit, merupakan suatu pemandangan yang sangat indah.


Wisata Puri (Palace Attraction)

Puri Anyar dan Puri Gede di Krambitan merupakan puri kuno yang artistik. Puri Anyar dengan Puri Night-nya dan Puri Gede dengan Malam Budaya-nya menyajikan beberapa atraksi yang menarik, antara lain Joged Bumbung dan Tektekan. Bersama Penari joged para tamu diajak menari bersama mengikuti irama joged. Sedangkan para tarian Tektekan kita dapat menyaksikan beberapa penari yang sedang kemasukan roh halus menancapkan kerisnya ke tubuh penari lainnya, keris sampai bengkok namun tidak dapat menembus tubuh lawannya.


Baca Selengkapnya ....

Bali Museum

Posted by Lambang Insiwarifianto Wednesday, September 24, 2008 0 komentar

Museum Manusa Yadnya

Museum ini merupakan bagian dari Pura Mengwi sebagai salah satu obyek wisata. Konsep dari museum ini adalah museum peraga yang menampilkan kegiatan upacara manusa yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali yakni upacara dari bayi masih dalam kandungan ibunya sampai dengan upacara kematian. Museum ini didirikan pada tahun 1980 dan hanya memperagakan upacara megedong-gedongan (upacara kelahiran bayi) sampai dengan upacara pernikahan. Pada bulan Juni 1981 kemudian ditambah dengan alat peraga untuk upacara mamukur dan Ngaben.


Museum Bali

Sekitar tahun 1910, ketika Kapal Belanda KPM datang ke Bali dan menurunkan turis, Bali mulai di kenal di luar negeri. Kemudian mulailah Bali kedatangan para turis yang menyebabkan banyak barang-barang sejarah dan prasejarah yang hilang atau diambil oleh para wisatawan tersebut. Mengetahui kondisi tersebut Mr. W.F.J Kroon, Asistant Resident Bali dan Lombok memerintahkan Mr. Curt Grundler untuk membuat tim perencanaan Museum dengan arsitektur Bali. Tim tersebut memutuskan membangun museum dengan perpaduan antara arsitektur pura dengan arsitektur puri (kerajaan di Bali). Bangunan tersebut hampir selesai namun berhenti disebabkan oleh letusan gunung Batur pada tahun 1917 yang menghancurkan banyak pura dan rumah penduduk, dan meruntuhkan juga sebagaian museum.
Akhirnya pada tahun 1932 museum bisa dibuka untuk umum, dengan 3 paviliun utama yakni Gedung Tabanan, Gedung Karangasem dan Gedung Buleleng berdasarkan konsep Tri Mandala yaitu nista mandala jaba pisan (bagian luar) madya mandala : Jaba tengah (bagian luar sebelum memasuki bagian inti), dan utama mandala jeroan (bagian inti). Di pojok depan sebelah kanan di bagian tengah terdapat sebuah bangunan yang disebut bale bengong. Di pojok depan sebelah kiri terdapat sebuah bangunan yang disebut bale kulkul.
Gedung Tabanan yang merupakan Pavilium dengan arsitektur khas kabupaten Tabanan yang menampilkan barang-barang purbakala seperti kesenia, aksesories, peralatan rumah tangga, peralatan upacara dan bermacama-macam senjata traditional.
Gedung Buleleng atau Pavilium Buleleng dengan arsitektur Bali Utara yang menampilkan alat-alat perlengkapan rumah tangga, alat-alat kerajinan, alat-alat pertanian dan nelayan, alat-alat hiburan, patung-patung gaya sedehana dan primitif yang terbuat dari tanah liat, batu dan lain sebagainya.
Gedung Karangasem atau Pavilium Karangasem dengan arsitektur Bali Timur menampilkan bermacam pameran benda- benda prasejarah, arkeologi sejarah, etnografi dan seni rupa serta beberapa lukisan mordern.
Jumlah koleksi Museum Bali yang telah tercatat dan masuk registerasi sebanyak 10.506 buah, termasuk naskah-naskah dan salinan lontar. Semua jenis koleksi didapatkan melalui membeli dari orang-orang di masyarakat, toko-toko kesenian hadiah-hadiah dan titipan. Beberapa kelompok koleksi yang sedang diinventarisasikan diantaranya koleksi stupa dengan materainya yang berjumlah ratusan buah, 8,5 kg uang kepeng, keramik asing (Eropa, Cina) dan porselin yang berasal dari Jepang, Cina dan Siam.

Lokasi : Jl. Letkol Wisnu, Denpasar
Telp. : (0361) 227271
Fax. : (0361) 227271

Museum Le Mayeur

Museum ini terlahir berdasarkan kisah cinta antara Pelukis Belgia Adrien Jean Le Mayeur de Merpres dengan gadis penari Bali Ni Polok. Le Mayeur pertama kali datang ke Bali tahun 1932 pada 52 tahun yang rencananya hanya akan tinggal selama 8 bulan untuk mencari inspirasi bagi lukisannya. Karena daya tarik Pantai Sanur yang sangat indah, maka Le Mayeur memutuskan untuk menetap di Sanur dengan mendirikan tempat untuk melukis. Le Mayeur menikah dengan gadis modelnya yang bernama Ni Polok yang juga penari yang sangat terkenal pada jamannya yang berasal dari Desa Kelandis.
Sanggar Le Mayeur penuh dengan koleksi lukisan dan buku-bukunya yang sangat menarik, yang disimpan dalam bangunan yang berasitektur Bali. Beberapa lukisannya menggunakan kanvasnya, yang terbuat dari kain goni yang mengesankan bahwa lukisan tersebut dibuat pada jaman Jepang dimana untuk mendapatkan kain kanvas adalah sangat sulit. Le Mayeur meninggal pada tahun 1959 di Belgi. Makanya sanggarnya tersebut diserahkan kepada pemerintah RI untuk dijadikan Museum Le Mayeur.

Lokasi : Jl. Hang Tuah, Sanur

Museum Gedung Arca

Gedong Arca ini merupakan Museum Lapangan (field archielogical Museum) yang telah dibangun sejak tahun 1960. Di Gedong Arca ini pun terdapat koleksi benda-benda purbakala yang berasal dari jaman pra sejarah Bali dan dari jaman Sejarah Bali. Lokasi Museum Gedong Arca terletak di antara Desa Pejeng dan Desa Bedulu, tepat di tepi jalan raya menuju Tampaksiring. Para pengunjung pun tidak mau kalah, baik itu dari mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Di tempat ini para pengunjung juga melihat-lihat serta melakukan penelitian.
Di antara koleksi benda-benda prasejarah yang tersimpan di museum ini terdapat pula alat-alat dari batu, tulang dan lain-lainnya. Yang sangat menarik perhatian adalah beberapa buah peti mayat (Sarkofagus) yang berasal dari berbagai tempat di Bali. Pada umumnya peti ini berbentuk seperti kura-kura, mempunyai tonjolan pada sisi depan dan sisi belakangnya atau pada sisi sampingnya. Di antara tonjolan-tonjolan ini ada yang dihiasi dengan pahatan kedok muka yang mempelihatkan mata bulat atau membelalak, mulut menganga atau melawak dengan mengeluarkan lidah. Koleksi lainnya adalah stupika dari Pejeng, Arca perunggu dan lain-lainnya.

Lokasi : Gianyar

Museum Arjuna Metapa

Di tempat ini tampak Arjuna dalam pakaian sebagai pertapa disertai juga oleh Punakawannya Tualen dan Merdah. Lokasinya terletak di tengah-tengah sawah di sebelah Barat Museum Gedong Arca yang jaraknya lebih kurang 200 m. Para wisatawan pun ada juga yang berkunjung ke tempat ini karena letaknya di tengah sawah yang malah membuatnya terlihat menarik sekali.
Arjuna Metapa ini belum banyak dikenal oleh para wisatawan. Kekunaan ini mengingatkan kita kepada bagian dari ceritera Mahabrata atau Sastra Jawa Kuno Arjuna Wiwaha. Mungkin Arca Arjuna Metapa ini berasal dari abad 15 atau dari abad 16 Masehi. Baru-baru ini suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali telah membangun pelindung Arca ini untuk mencegah kerusakan yang mungkin dapat terjadi.

Lokasi : Gianyar

Relief Yeh Pulu

Relief Yeh Pulu terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten daerah Tingkat II Gianyar, tepatnya di areal persawahan yang berjarak 300 meter di sebelah Timur Dusun Batulumbang dan kurang lebih 26 Km dari Denpasar. Obyek wisata ini berada pada jalur wisata-Denpasar–Tampaksiring–Kintamani, yang di sekitarnya terdapat banyak tempat bersejarah seperti Pura Goa Gajah, Samuan Tiga, Pusering Jagat, Penataran Sasih, Kebo Edan dan lain-lain. Monumen ini pada awalnya ditemukan oleh Punggawa Ubud pada tahun 1925, dan selanjutnya diteliti kembali serta dipublikasikan oleh Jawatan purbakala Kolonial Belanda yang dipimpin oleh Dr. W.F. Sutterheim pada tahun 1929. Nama Yeh Pulu diambil dari kata Yeh dan Pulu yakni Yeh berarti air dan Pulu berarti Gentong tempat beras yang berada ditengah sumbu air suci yang berada disebelah Barat gugusan Relief Yeh Pulu. Relief Yeh Pulu terbuat dari batu padas terdapat dinding tebing dengan panjang 25 meter dan lebar 2 meter. Secara keseluruhan tema cerita ini menggambarkan suasana kehidupan dalam hutan, serta kehidupan sehari-hari pada masa kerajaan Bali Kuno. Di samping pahatan – pahatan klasik Bali, monumen ini juga memiliki ceruk – ceruk pertapaan yang diduga merupakan tempat pertapaan Raja Bedahulu sebelum gugur menghadapi laskar Kerajaan Majapahit pada tahun 1343 Masehi. Relief Yeh Pulu merupakan salah satu di antara sekian banyak monumen sejarah klasik Bali di jaman Bali Kuno ( Abad ke 14 Masehi ), yang sarat mengandung pengetahuan seni, yang sampai saat ini masih lestari dan diemong oleh Krama Subak, sebagai salah satu organisasi klasik Bali yang secara khusus mengatur Petani dan segala aspeknya didalam menggarap tanah persawahan di Bali.

Lokasi : Gianyar

Candi Tebing Tegallingah

Beberapa tahun yang lalu telah ditemukan oleh suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bali sekelompok peninggalan purbakala berupa candi tebing di Dusun/Br. Tegallinggah Desa Bedulu Blahbatuh Gianyar. Peninggalan Purbakala berupa Candi Tebing ini diketemukan oleh Krijasman, seorang Archeolog Bangsa Belanda, sewaktu melakukan penggalian penyelidikan terhadap sebuah bangunan kecil yang dipahatkan di batu padas di tebing yang curam dari lembah sungai Pekerisan. Setelah digali ternyata gapura ini disusul oleh suatu tangga yang menuju ke atas. Di sebelah kanan gapura ini terdapat gapura yang lebih besar tetapi telah roboh, dan di belakang peninggalan ini terdapat sebuah halaman yang dinding belakangnya terdapat 2 buah candi terpahat dalam batu padas. Bagian atas dari ceruk-ceruk yang berisi candi-candi ini telah runtuh. Sebelah kiri gapura terdapat biara yang belum selesai. Bentuk atap dipahat secara kasar pada batu padas. Rupa-rupanya tempat ini ditinggalkan tidak selesai setelah runtuhnya bagian utara kelompok itu yang disebabkan oleh bencana alam gempa bumi. Jumlah kunjungan wisata di tempat ini belum begitu banyak karena tempat ini belum banyak dipromosikan pada para wisatawan.

Lokasi : Gianyar

Museum Puri Lukisan

Terletak di tengah-tengah Kota Ubud museum ini dibangun oleh para seniman lukisan yang tergabung dalam yayasan Pita Maha yang merupakan gabungan para pelukis dari Ubud, Kamasan, Klungkung dan Denpasar. Para pencetus yayasan tersebut adalah Mr. Rudolf Bonnet dari Jerman, Walter Spies dari Belanda, dua dari anggota Puri Ubud serta pelukis Bali yang terkenal I Gusti Nyoman Lempad.
Yayasan ini memutuskan untuk tempat pameran yang permanen yang kemudian dikenal dengan nama Museum Puri Lukisan. Yayasan ini sangat berhasil didalam mengorganisasi bermacam-macam pameran di Indonesia maupun di luar negeri seperti Singapura dan Perancis. Pada saat Perang Dunia II menyebabkan aktivitas para seniman tersebut berhenti dan dilanjutkan kembali pada tahun 1947. Pada tahun 1954 tempat pameran yang permanen tersebut dibangun dan saat ini merupakan lokasi dari Museum Puri Lukisan. Koleksi museum ini sebagian besar merupakan sejarah dari perkembangan lukisan yang bergaya Bali hasil karya dari tahun 1925 sampai 1950 para maestro pelukis Bali dan pelukis asing yang tinggal di Bali dan beberapa kerajinan kayu hasil karya pematung Bali yang terkenal.

Lokasi : Jl. Raya Ubud, Gianyar
Telp. : (0361) 975136
Fax. : (0361) 975136

Museum Neka

Berlokasi di Ubud, museum Neka memamerkan koleksi bermacam-macam corak lukisan hasil karya Pelukis Bali, Indonesia dan asing yang tinggal di Bali. Museum ini didirikan oleh Wayan Sutedja Neka seorang pemerhati seni dari Ubud. Museum Neka sudah sangat dikenal oleh para pelukis, antropologi dan para pemerhati seni dari seluruh dunia.

Lokasi : Jl. Raya Campuhan, Sanggingan-Gianyar
Telp. : (0361) 975074
Fax. : (0361) 975639

Museum Arma

Museum Agung Rai (Arma Museum) dibuka pertama kali oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada tanggal 9 Juni 1996, museum secara administrasi dikelola oleh Yayasan Arma yang dibentuk 13 Mei 1996. Museum Arma bukan hanya sekedar museum tetapi merupakan pusat visual dan penampilan kesenian serta memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati koleksi lukisan, drama, tarian, musik dan pendidikan mengenai cara melukis.

Lokasi : Ubud, Gianyar
Telp. : (0361) 974228
Fax. : (0361) 974229

Museum Rudana

Museum Rudana pertama kali dibuka pada tanggal 26 Desember 1995 oleh Presiden Indonesia Bapak Soeharto tepat pada tahun dimana Indonesia merayakan Kemerdekaan yang ke 50. Museum ini dibagi menjadi tiga tingkat yang merupakan simbol dari arsitektur tradisional Bali yang disebut Tri Angga.

Lokasi : Peliatan Ubud, Gianyar
Telp. : (0361) 975779
Fax. : (0361) 975091

Museum Purba

Sejak tahun 1963 di Gilimanuk diadakan penelitian oleh para ahli di Indonesia antara lain : Prof DR R Soejono dan Prof DR T Jacub. Hasil penelitian tersebut ditemukan ratusan rangka manusia yang diperkirakan hidup pada akhir masa Prasejarah dengan ciri ciri Ras Mongolid. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka salah satu tindakan untuk menyelamatkan dan memanfaatkan temuan akeologi tersebut Pemerintah Kabupaten Jembrana membangun sebuah Gedung Museum Manusia Purba Situs Gilimanuk dan selesai Pembangunannya 1993.
Barang barang koleksi yang dipajang di Museum Gilimanuk adalah hasil galian antara lain : Kerangka Manusia , Manik manik, Gelang dari kayu dan kerang, periuk kecil, tempayan, kendi, mangkuk dari tanah, mata kail, tajak, sarkopagus, dll.

Lokasi : Gilimanuk, Negara

Museum Gunarsa

Museum Nyoman Gunarsa merupakan museum memamerkan kesenian tradisional dan modern. Museum ini berbentuk gedung yang besar dimana arsitekturnya gabungan antara arsitektur traditisional bali dengan modern. Museum ini di buka pertama kali pada tanggal 16 Januari 1994, berlokasi di daerah yang sakral antara Kuburan (Setra) Banda dengan Kuburan (Setra) Umesalakan di Gelgel Klungkung yang bekas area keemasan kerajaan Dalem Waturenggong dimana waktu itu lukisan traditisional Bali berkembang dengan pesat.
Drs. Nyoman Gunarsa pendiri sekaligus pemilik dari Museum Nyoman Gunarsa yang didedikasikan untuk Pengembangan Kesenian Bali yang dimana Bapak Nyoman Gunarsa dengan kemampuannya secara material dan semangat mengumpulkan lukisan klasik dari seluruh dunia.

Lokasi : Jl. Pertigaan Banda, Takmung-Klungkung
Telp. : (0366) 22256

Museum Semarajaya

Museum Semarajaya dibangun pada Gedung Bekas Sekolah MULO (Sekolah Menengah Jaman Belanda) dan bekas SMP I Klungkung terletak dalam komplek Kertha Gosa/Taman Gili, Pemedal Agung (pintu bekas kerajaan Klungkung). Di dalam Museum dipamerkan barang-barang dari jaman prasejarah sampai benda-benda yang dipergunakan selama perang puputan Klungkung. Museum Semarajaya diresmikan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 April 1992. Dalam Museum ini dapat dilihat barang-barang yang dipergunakan sebagai perlengkapan upacara adat oleh raja-raja Klungkung serta foto-foto dokumentasi keturunan raja-raja di Klungkung.

Lokasi : Jl. Untung Surapati, Klungkung

Monument Puputan Klungkung

Tugu atau bangunan ini menjulang tinggi setinggi 28 meter dari alas/dasar bangunan di tengah-tengah kota Semarapura berbentuk Lingga-Yoni yang dibangun pada areal seluas 123 meter persegi, diberi nama Monumen Puputan Klungkung yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 April 1992. Seluruh bangunan monumen tersebut dibuat dengan batu hitam sehingga selaras dengan makna filsafat Hindu yaitu puputan atau perang habis-habisan yang dilakukan oleh putra-putri terbaik kerajaan klungkung bersama-sama dengan rakyatnya.

Lokasi : Klungkung

Gedong Kirtya Museum

Dibangun di Singaraja oleh seorang Belanda yang bernama L.J.J Caron yang datang ke Bali bertemu dengan para raja dan tokoh agama untuk berdiskusi mengenai kekayaan kesenian sastra ( lontar ) yang ada di seluruh Bali. Kekayaan seni ini sepatutnya di pelihara agar tidak rusak atau hilang sehingga memberikan kesempatan bagi generasi selanjutnya untuk mengetahui isi dari kesenian sastra (lontar) tersebut. Pertemuan dilaksanakan pada Juni tahun 1928 di Kintamani dan pertemuan tersebut berhasil menghasilkan suatu keputusan untuk membuat Yayasan yang diberi nama Kirtya Lefrink - Van der Tuuk yang bertugas untuk menjaga kesenian sastra tersebut. F.A Liefrin yang merupakan Asistan Resident pemerintah Belanda di Bali pada waktu itu sangat tertarik dengan Kebudayaan Bali dan banyak tulisan yang dibuat mengenai Bali dan Lombok.
Dr. H.N Van der Tuuk, seorang sejarahwan yang memberikan tanah dan bangunannya untuk digunakan sebagai museum yang sekarang dikenal sebagai Museum Gedong Kirtya. Museum ini didikasikan special untuk kesenian sastra yang ditulis pada daun kelapa (lontar) yang berasal dari seluruh Bali.

Lokasi : Jl. Veteran, Singaraja

Museum Subak

Subak memang pantas dilestarikan. Disamping sebagai aset budaya, juga merupakan aset wisata yang tak ternilai harganya. Sewajarnya keberadaan Museum Subak Tabanan didukung pelestariannya.Desa Sanggulan, Tabanan tak begitu jauh dari Denpasar. Jaraknya cuma 20 kilometer sebelah barat Kota Denpasar. Dapat ditempuh dalam 45 menit saja. Disana berdiri Museum Subak yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Bali terutama sistem pertaniannya. Museum dengan areal sekitar 6 hektar ini, terdiri dari Museum Induk (tertutup) dan Museum Terbuka (Open Air museum).
Di dalam kompleks terdapat ruang pameran, ruang audio visual, ruang belajar, fasilitas penginapan, perpustakaan, kantor dan miniatur sistem irigasi. Museum ini diresmikan mantan Gubernur Bali, Prof Dr Ida Bagus Mantra tanggal 13 Oktober 1981.Berdirnya museum ini digagasi oleh I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama yang waktu itu menjabat Kanwil Departemen Agama Propinsi Bali. Ia melihat perlu adanya lembaga adat Subak yang berupaya melestarikan warisan luhur budaya bangsa sejak abad XI ini. Upaya itu akhirnya terwujud. Mulanya disebut Cagar Budaya Museum Subak.Museum ini merupakan museum khusus tentang sistem pertanian di Bali berciri khas kemandirian atas landasan kekal Tri Hita Krana, tiga penyebab kebahagiaan (Tuhan, manusia dan alam). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dikhawatirkan akan berpengaruh pula terhadap kehidupan Subak.
Untuk itu upaya melestarikan Subak beserta peralatan tradisional Bali termasuk di dalamnya bangunan rumah petani tradisional yang mengikuti aturan pembangunan asta bumi dan asta kosala-kosali, tata ruang, tata letak menurut tradisi masyarakat di Bali perlu digalakkan. Disamping menyelamatkan, menggali, mengamankan dan memelihara berbagai benda yang berkaitan dengan subak dan menyuguhkan berbagai informasi, pendidikan dan dokumentasi tentang Subak, Subak ini ternyata menjadi objek wisata yang menarik.
Museum Subak terdiri dari dua bagian. Ada museum induk dan museum terbuka. Di museum induk ada bangunan atau kompleks suci dengan Padmasana, Bedugul dan lain-lainnya.Tata ruang dan tata letak bangunan disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya dengan tetap berpegang pada pembangunan tradisional : Tri Mandala, Tri Angga dan Asta Kosala Kosali. Sedangkan museum terbuka berwujd Subak Mini yang dipakai sebagai peragaan kegiatan subak, dari sistem irigasi hingga proses kegiatan petani di sawah.

Lokasi : Tabanan

Baca Selengkapnya ....

Tenganan

Posted by Lambang Insiwarifianto Tuesday, September 23, 2008 0 komentar
tenganan-2.jpgTenganan was one of the old villages in Bali that was the community's residence Balinese Aga, the descendants of Balinese before the arrival Hindu Majapahit in Bali. This region was famous with the culture, traditional customs and traditions. Ritually piety was undertaken was based on the calendar that was compiled by the community Balinese Aga and was different from most Balinese communities other. One of the festival piety that interesting is "Mekare-kare" or the "Pandan War", a festival that depicted warfare by using the thorny pandanus leaves as the weapon. This festival was held in the fifth month in the Balinese calendar, or was known with the term of "Sasih Kelima"
In this village also, we will encounter unique cloth, namely the Gringsing Bunch that the coloring process used the traditional colour. The panorama that was beautiful in this village then also supported the Tenganan Village to become one of the interesting tour. As the tour region, this village has been supplemented with several tour facilities as the restourant, toilet that was clean, the shop sovenir, and parking area.

Baca Selengkapnya ....

Trunyan

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar
trunyan1.jpgThe Trunyan village was valley of the Mountain Abang, the location is isolated in the east of the Batur Lake. The Trunyan community was often mentioned Balinese Aga, the original inhabitants before the arrival of people Majapahit. Near Trunyan, preciselly in Kuban, its a funeral complex of Balinese Aga. To reach this place, the visitor must use the motorboat. The unique from Trunyan community, they not burnt or buried the body of the community's member that died, but only was placed in imprisonment of bamboo. The body will then be destroyed automatically. Strangely, these bodies not spread the stink.

The Trunyan Village arrange the tradition to buried the body for their resident. In this village have three cemeteries (sema) for three different death kinds. If one of the residents Trunyan died appropriately, the body will be covered white cloth, ceremonied, afterwards was placed without being buried under the big tree named Taru Menyan, .
in a location named Sema Wayah. However, if the cause of death the accident, the suicide, or was killed by the person, the body will be despised in the location that was named Sema Bantas. Whereas to bury the baby and the small child, or the resident who has been mature but did not yet marry, will be despised in Sema Muda.

Why the body that sprawled just like that in sema that not smell? naturally, This become the tourists attraction to visit the location, it seems because in the area of this forest was met a tree that was known to be named Taru Menyan, the tree able to neutralise the smell from the body stink. Taru meant the tree, while Menyan was significantly fragrant. This Taru Menyan tree, only grew in this area. Be Tarumenyan that afterwards more was known as Trunyan that was believed in as the name origin of this village.

To reach the Trunyan Village, we could by boat from the Kadisan village, Kintamani that was located around 65 kilometre the north direction of the Denpasar City. In Kintamani, we will be satisfied of the very exotic nature panorama. The blend between Batur Lake water that was blue and the Mount Batur background that soared. with the air cool temperature, made the atmosphere is beautiful.

The Trunyan village had five the village, the location was relatively far-apart. The centre of this village was Trunyan, a settlement that was located in the east bank of the Batur Lake. Four other village were the Banjar Madya, Banjar Bunut, Banjar Mukus, and the Banjar Puseh. The Banjae Madya and the Banjar Bunut was on the south of the Trunyan Village and shared directly a border with the Karangasem Regency. From the Trunyan Village to the Banjar Bunut needed two walking hours. then passed the footpath and climbed the Hill Abang. The resident Trunyan mentioned themselves as Balinese Turunan, that is the person who the first time descended from sky and occupied the Balinese Island land. Now the Balinese inhabitants other was mentioned Balinese Suku that came from Java, that spread entered in the Majapahit royal periods

trunyan.jpgAfter boating approximately 30 minutes from the Kadisan Kintamani Village, we will arrive beside the slope of the Hill Abang that soared firm like a palace fortress. From the Trunyan Village , we must boating followed foot the hill Abang headed the location of the cemetery, around ten minutes. We will arrive in a temple that was located in foot the slope of the Hill Abang the western part, in the Shelf lakeside. The Dalem temple, not far from temple stood a wood quay that was precisely in front of a pair of gate temple headed the Sema Wayah location.

Stood at the edge of the wood Quay, Again And Again we were presented by two nature miracles that the contrast but enchanted. turned to the west, crossed the Batur Lake with small ripples water that was blue, soared Mount Batur that was strong with peak that was seen clear. However, like that visited to the east, a big tree protected a form of stone altar that exuded the magical aroma. There was no flower ritual or proper for the prayer altar, available only dozens of lined-up human skulls neat.

Baca Selengkapnya ....

Uluwatu

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar

Pecatu Village the territory measuring 2.641 hectare was not far differed from the condition for his neighbouring region, Ungasan. The Pecatu covered some Balinese territories of Island "shoes" covered the lime land. Therefore,the territory became dry and barren.

Including in Pecatu territory of an old temple named the Uluwatu Temple. The temple located in the peak rock in the seashore around 40 kilometre south Denpasar. not only the holy place for the adherent Hindu, but also the tourist attraction and always visited by foreign tourists.
The Uluwatu Temple on the end south the Badung Regency kept the attraction. According to the narrated, this old temple was the inheritance from two main clergymen in century XI and XV. Both the clergyman was Empu Kuturan and Hyang Dwijendra.

The other source explained, the Uluwatu Temple was established by Empu Kuturan in XI age by the Supernatural Power priest Wawu Rauh afterwards was chosen to the place of redemption or joined with the Lord. The temple at the same time was the "Sad Kahayangan" Temple for Hindu group in Bali.

In fact, the Uluwatu Temple was one oldest temples from the seven, became the Hindu pillar in Bali. The other old temple including being the Tanalot Temple and Batukaru (the Tabanan Regency) as well as the Besakih Temple in the Karangasem Regency.

The Uluwatu temple really served defiant scenery. Was located in the peak of the coral hill in the rock bank. wall of rock himself almost upright, direct to sea far below. The Uluwatu region had become the tourist attraction. also became the habitat of hundreds of monkeys

The visitor must put on the waist shawl that always was available in the entrance. The official also warned so that be careful faced the monkey that roamed in the complex. "monkey was very annoying," said an official.

The Uluwatu's mongkey not stern, but annoying against the visitors. Often happened, the monkey could suddenly ambushed the visitor who wore the hat or the spectacles.

Baca Selengkapnya ....

Balisani Padma Bali Hotel

Posted by Lambang Insiwarifianto Monday, September 22, 2008 0 komentar
Balisani Padma Bali Hotel Refined elegance in traditional tropical style. Built in the style of a Balinese village, Bali sani Padma Hotel is a charming cluster of cottages, superior and standard room. Each Superior at Bali Sani Padma is a two-storeys bungalow designed and decorated in traditional Balinese style. A choice of bedrooms and living areas makes these superior ideal for families or for friends sharing who need a little extra space in which to relax and enjoy

Cottage bungalows at Balisani Padma Bali Hotel have a distinctive Balinese style, each a haven of quiet seclusion. Standard rooms are well appointed and afford every convenience holiday-makers could require.Amenities include international direct dial telephone, in-house television and movie network and 24-hour room service. Superior and cottages rooms have their own individually controlled air conditioning system 



Cottage bungalows at Balisani Padma Bali Hotel have a distinctive Balinese style, each a haven of quiet seclusion. Standard rooms are well appointed and afford every convenience holiday-makers could require.Amenities include international direct dial telephone, in-house television and movie network and 24-hour room service. Superior and cottages rooms have their own individually controlled air conditioning system

Balisani Padma Bali Hotel Balisani Padma Bali Hotel type : Standard Rooms

40 Standard Rooms consist of 20 double rooms and 20 twin bed rooms. Room size : 24 sqm (6 X 4 sqm).



Balisani Padma Bali Hotel Balisani Padma type :Cottage Style Rooms

16 Cottage Rooms and every room is equipped with a double bed. Room size : 21.5 sqm (5 X 4.3 sqm).



Balisani Padma Bali Hotel Balisani Padma type Superior Room

4 Superior Rooms Rooms and every room is equipped with a double bed. Room size : 21.5 sqm (5 X 4.3 sqm).

- Welcome drink
- Safety Deposit Box in Front Desk
- Public Relations
- Laundry & Dry Cleaning Service
- Complimentary airport transfer on request for individual guest only.
- Mayor credit card are accepted
- Shoe & Shine Service
- Outdoor parking
- 24 Hour Doctor on call
- Postal Service
- Traditional Massage service

Balisani Padma Bali Hotel Other Facilities

Sitting Service : available upon request
Payas Agung : remain the memory of Bali by taking picture in Balinese costume.
Baby Cot : is available and be provided upon request

Balisani Padma Legian location by google maps




Balisani Padma Hotel
Jl. Padma Utara, Legian - Kuta Po Box 2011
Denpasar, Kuta & Legian, Bali, Indonesia
Ph : 036 175 2314

Balisani Padma Hotel



Baca Selengkapnya ....

Nathan Bali Hotel

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar
Nathan Bali Hotel which the resort itself closes to the shopping Mecca. It is the combination of classical and Balinese style, and just 10 minutes drives away to Ngurah Rai International Airport. Nathan Bali Hotel is idealy located at Kuta Area nearby with some recreation, beach and shopping mall in Bali. Each Guest room at Nathan Hotel equipped and facilities with Mini-bar, Air conditioned, Satellite television, IDD telephone, Personal safety-box, Hairdryer, Bathrobes and slippers, Cold and hot water



The Nathan Bali Hotel Rooms

Within this presentation, we are pleased to show our product to you to make your Client materialize with Nathan Hotel.

Nathan Bali Hotel-KUTA BALI HOTELS Nathan Bali Hotel Type Deluxe Room

Room Facilities:
* Mini-bar
* Air conditioned
* Satellite television
* IDD telephone
* Safety-box
* Hairdryer
* Bathrobes and slippers
* Cold and hot water

Nathan Bali Hotel-KUTA BALI HOTELS Nathan Bali Hotel Type Superior Room

Room Facilities:
* Mini-bar
* Air conditioned
* Satellite television
* IDD telephone
* Personal safety-box
* Hairdryer
* Bathrobes and slippers
* Cold and hot water

Nathan Bali Hotel-KUTA BALI HOTELS Nathan Bali Hotel Type Suite Room

Room Facilities:
* Mini-bar
* Air conditioned
* Satellite television
* IDD telephone
* Personal safety-box
* Hairdryer
* Bathrobes
* Bath tub
* Cold and hot water
* In House Movie
* Coffee Maker


Baca Selengkapnya ....

Oasis Kuta Hotel

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar
The Oasis Kuta Hotel is located in the heart of Kuta and only five minutes away from the famous Kuta Beach and Kuta Square. Even the Oasis Kuta hotel is the center of Kuta it is place of calm and peace, all 70 guestrooms are facing the 50 meter long pool and are either with terrace or balcony. This affordable Designer Hotel provides all you need for a relaxing holiday without missing the great shopping just outside the hotel area


FACILITIES GENERAL INFORMATION
Oasis Kuta Hotel-KUTA BALI HOTELS
Oasis Kuta Hotel

The Oasis Kuta Hotel rooms

are 25 square metres in size and all are with separate shower and located in the 2 storeys U shaped building. All rooms have a private terrace or balcony with pool view.
All guest rooms offer modern design with the following
features. Minibar, Selection of local and Satellite TV channels, Individually controlled Air Conditioning, IDD Telephone, 2 Bottles of Mineral water, amenities.

Baca Selengkapnya ....

Bali Prani Hotel

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar
Able down to the end of a private lane that opens onto a shady courtyard filled with the chatter of tropical birds and you will find the Bali Prani Hotel. Known for its exceptional value, Bali Prani Hotel is a small, cozy retreat ideally

Stepping out of the Bali Prani Hotel you are just a few steps from all the great restaurants, terrific shopping and exciting night life for which Kuta beach has become famous. 

Bali Prani cottages. All are luxuriously appointed and feature individually controlled air-conditioning, private showers and bath with hot water, refrigerator, satellite TV with International cable channels and International Direct Dial Telephone - Everything you need for enjoyable holiday. 



Bali Prani Hotel - Kuta Bali Hotels Bali Prani Hotel Facilities

Surrounding the central courtyard and swimming pool. the Bali Prani Hotel offers 16 beautifully furnished standard rooms, 4 generously sized deluxe rooms and 3 double storey

Bali Prani Hotel - Kuta Bali Hotels Bali Prani Guest Room

cottages. All are luxuriously appointed and feature individually controlled air-conditioning, private showers and bath with hot water, refrigerator, satellite TV with International cable channels and International Direct Dial Telephone - Everything you need for enjoyable holiday.

Bali Prani Café

After a long day shopping and seeing the sights of Bali return home to Bali Prani and relax at Prani Café to enjoy delicious Indonesian cuisine as well as Western favorites, open daily from 6.00 am till 10.00 pm.

Bali Prani Legian Kuta Location By Google Maps




Bali Prani Hotel
Jl. Dewi Sartika, Tuban 80361
Bali, Indonesia
Tel: (62-361) 757414
Fax: (62-361) 757416

Baca Selengkapnya ....

Risata Bali Resort

Posted by Lambang Insiwarifianto 0 komentar
Risata Bali Resort and Spa located at heart of South Kuta Bali, All guest room at Risata Bali resort is surrounded by lush tropical garden with fragrant flowers, the located only 100 meters away from the kuta beach


Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELSRisata Resort & Spa Accommodation

Risata Hotel have 139 generously sized, air-conditioned superior and deluxe rooms, studio and suite are elegantly touched with Balinese accents. Each of Risata Resort guest rooms has a marble bathroom with a bath up, shower with hot and fresh water, hair dryer and is equipped with mini-bar / fridge, tea & coffee making facilities, 40 channels of cable television and IDD telephone
Most rooms are completed with a spacious balcony terrace ans some have connecting doors for family and friends traveling together. Risata Hotel is comfortable suite also have a living room with sofa bed and a small kitchenette with microwave and toaster

Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Superior room

Risata Hotel has 73 superior room each of the guestroom sized 26.05 sqm suited with single or double bed. each room is facing the garden allowing the hotel guest to rest and relax to hotel greenery
Superior room come with coffee & tea maker facility, hair dryer is also available upon request. Some rooms have connecting door for family travelling together

Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Deluxe Room

Risata hotel has 33 Deluxe rooms are suited with single or double bed. Each room occupies around 30sqm. This type of room is completed with a balcony for you to take pleasure of the Risata lush green garden
Deluxe room come with coffee & tea maker facility, and hair dryer is also available for your convinience, some rooms have connecting door for family together


Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Studio Room

Risata Hotel has 8 spacious Studio rooms are furnished with double bed and seating area near the balcony. Each room has a comfortable sofa for you to unwind after aday full of adventure
All of the studio rooms are completed with a small kitchenette with microwave and toaster, coffee and tea maker and a hair dryer.


Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Junior Suite

Risata hotel Junior suite are each consist of one bedroom, one bathroom and a living room furnished with a sofe with an attached balcony for you to enjoy the cool coastal breeze. Junior suite are also completed with a small kitchenette, microwave and toaster for your light meals needs.


Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Deluxe Junior Suite

The Deluxe Junior suite are completed with an in-room bar which connects the kitchenette area with the living room. Deluxe Junior suite is one of the few room type in Risata Hotel which is completed with a sink in the kitchenette.

Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Balinese Junior Suite

The Balinese Junior suite is Risata Hotel Supreme one bedroom style guest rooms. This suite come with a bedroom, a living room, two bathrooms and a balcony. It is also suited with a small kitchenette complete with the dining table for three. This accommodation is the perfect match for relaxing small group gateway travel

Risata Bali Resort-KUTA BALI HOTELS Risata Suite

The risata hotel has highest recommendation for experiencing the ultimate pleasurable holiday accomdatin goes to Risata Suite which consisted of two bedrooms containing a double bed and a set of twin beds, a bathrooms and a balcony. Risasta Suite equipped by dining table for 4, a sofa bed and a small kitchenette with sink
For a family traveling with babies, Risata Suite also provides baby cot upon request for free of charge

Baca Selengkapnya ....